Kamis, 26 Desember 2013

Resensi Buku : Nibiru Dan Kesatria Atlantis





Penulis: Tasaro GK
Penerbit: Tiga Serangkai
Editor: Sukini
Desain Sampul: Rendra TH
Desain isi: Rendra TH
Penata Letak Isi: Ikhsan
Ilustrator: Bayu Aryo D
Tebal: 690 halaman

Novel ini bercerita tentang perjalanan seorang anak bernama Dacha Suly untuk menemukan identitas dirinya. Dacha Suly adalah anak pemalas, tetapi memiliki bakat yang luar biasa dari kedua orang tuanya, terutama ibunya. Dacha berasal dari Kedhalu Selatan yang dikenal kampungan, berbeda dengan orang-orang Kedhalu Utara yang sangat beradab dan memiliki penguasaan pughaba tingkat tinggi. Pughaba adalah kemampuan olah tubuh yang bisa mendatangkan kekuatan tanpa batas. Pughaba berarti kuasa.

Cerita dalam buku ini diawali dengan mimpi Dacha bertarung dengan Nibiru, Raja Penguasa Pusat Bumi. Kejadian itu memberikan motivasi bagi Dacha untuk mengusai pughaba dengan baik untuk bisa mengalahkan Nibiru. Dimulailah petualangan Dacha mengikuti seleksi Kenaikan tingkat pughabanya, konspirasi,  pengkhianatan, hingga peperangan dengan pasukan Nyathemaythibh.

Novel ini tidak hanya bercerita tentang pertempuran, adapun kisah persahabatan, pengkhianatan, juga kisah cinta yang menginspirasi seorang Thalkay dan istrinya, Lemathi. Cerita-cerita tersebut diramu menjadi sebuah cerita utuh yang akan membuat penasaran bagi pembacanya.

Cerita dalam buku ini sangat ringan dan renyah saat dibaca. Akan sulit meninggalkan buku ini, setelah kalian mulai membacanya. Alur cerita yang nyaman membuat saya tak terasa membacanya. Halaman demi halaman begitu mudah berganti, dari satu tokoh ke tokoh lain, menjelajah mulai dari Kedhalu Selatan, Kedhalu Utara, Bhopemany (tempat berlatih Pughaba bagi orang Kedhalu), hingga Bukit Gisaga. Banyak pesan disampaikan dengan diramu sedemikian rupa sehingga kita lebih mudah menerima pesan yang ingin disampaikan si penulis. Salah satunya adalah saat menjelaskan pedang Dacha yang sebelumnya digunakan ibunya. Juga keseharian keluarga Thalkay yang sungguh terhormat.

Jangan sesekali menebak-nebak ending dari cerita dalam buku ini. Saya kira si penulis sengaja menggiring kita untuk menebak akhir cerita, untuk kemudian memutar balikan jalan cerita diakhir novel. Kejam. Karena saya pada akhirnya saya pun tertipu.

Ini adalah novel fantasi dari Indonesia pertama yang saya baca. Saya kira tak kalah jika dibandingkan dengan Harry Potter.

Dari ulasan diatas, sudah seharusnya saya merekomendasikan novel ini untuk dibaca. Saya anggap nilai 4,5 pantas diberikan bagi buku ini dari nilai 5 sebagai nilai tertinggi.


Posted via Blogaway

Resensi Buku : Libri Di Luca



Judul : Libri di Luca
Penulis : Mikkel Birkegaard
Penerjemah : Fahmi Yamani
Penyunting : Moh. Sidik Nugraha
Penerbit : Serambi Ilmu Semesta
Cetakan : I, Nov 2009
Tebal : 588 hlm

Novel tentang perkumpulan rahasia para pecinta buku.

Libri Di Luca adalah sebuah toko buku tua yang berada di distrik Vestebro, Kopenhagen, Denmark. Luca Campelli ialah pemilik toko buku tersebut yang diwariskan dari ayahnya Arman. 

Namun, saat membaca sebuah buku dari balkon yang berada di lantai 2 tokonya, tiba-tiba tubuhnya berguncang sedemikian keras dan keringat mengalir deras dari seluruh pori-pori tubuhnya. Ia tidak dapat mengendalikan dirinya ketika membaca buku tersebut, kemudian tubuhnya terhempas ke lantai dasar, tanpa nyawa, menghantam lantai tiga meter dibawahnya. 

Ialah Jon Campelli seorang pengacara muda yang sedang naik daun, anak dari Luca Campelli yang menjadi ahli waris dari toko buku Libri di Luca. Banyak hal baru yg kemudian diketahui oleh Jon setelah menjadi pemilik Libri di Luca. Diantaranya penyerangan oleh sekelompok org yg ingin menghancurkan toko bukunya, kenyataan orang tuanya dibunuh,  tentang para LECTOR, organisasi bayangan dan pengaktifan dirinya menjadi seorang pemancar. 

Lector adalah sebutan bagi orang yang mempunyai kemampuan khusus mempengaruhi orang lain dengan membaca atau mendengarkan si pembaca baik disadari atau tidak. Pemancar adalah orang yg ketika membaca dg keras dapat mempengaruhi si pendengar sesuai dengan apa yg diinginkan si pemancar. Penerima yaitu orang yg bisa ‘mengakses’ apa yg dibaca oleh orang lain untuk diarahkan sesuai dengan keinginannya. Kekuatan tersebut bahkan bisa digunakan untuk membunuh. 

Bersama Katherina, seorang wanita (pengidap dyslexia) penjaga toko Libri di Luca yg ternyata seorang penerima, Jon mulai menyelidiki kasus pembunuhan ayahnya. Dalam penyelidikannya Jon dan Katherina menemui banyak kejutaan, ketegangan, asmara, pengkhianatan, hingga mereka masuk perangkap para penjahat yg ingin memanfaatkan kemampuan Jon sebagai pemancar yang sangat berbakat. 

Setting akhir cerita ini berada di Alexandria, Mesir. Alexandria didirikan oleh Alexander Agung dengan maksud menjadi pusat pendidikan dan pengetahuan di seluruh dunia. Untuk alasan itu, perpusatakaan paling terkenal di dunia dibangun di tempat ini - Bibliotheca Alexandrina. Saat itu diperkirakan perpustakaan memiliki 750 rb buku. Dengan pertempuran Jon dan organisasi bayangan sebagai penutup.

Bagi saya buku ini mirip dengan buku-buku karya Dan Brown. Kita disuguhkan dengan cerita yg dibangun perlahan hingga klimaks disampaikan di akhir cerita dengan berbagai kejutan-kejutan yang tersaji didalam cerita. Sayang penulis terlalu berlebihan menggambarkan kemampuan para lector, terutama Jon dan ketika pertempuran di akhir cerita. 

Secara keseluruhan buku ini sangat layak dibaca dan disimpan sebagai dikoleksi. Saya memberi rating untuk buku ini 4 dari nilai tertinggi 5.

Resensi Buku : The Winner Stands Alone



Judul : The Winner Stands Alone
Penulis : Paulo Coelho
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 468 hlm; 20 cm
Alih bahasa : Rosemary Kesauly


Novel ini menceritakan kisah cinta yang agak rumit antara Igor dan Ewa, mantan istrinya. Perceraian dengan Ewa yang sepihak dan terkesan buru-buru, membuat Igor melahirkan kepribadiannya yang lain. Sopan namun kejam, agak psikopat sih menurutku. Mungkin karena perasaan cinta yang begitu besar kepada Ewa sehingga menghanyutkannya kepada kesimpulan yang tidak pernah dibayangkannya.

Berlatarbelakang Festival Film Cannes, buku ini bukan hanya cerita tentang kemewahan dan dunia glamor para bintang, namun juga menuntun kita ke dalam perenungan mendalam tentang kekuatan mimpi-mimpi kita serta nilai yang kita gunakan untuk mengukur diri sendiri.

Novel ini juga memberikan informasi tentang cara hidup kaum superclass. Cara mereka menghabiskan uang, pamer kekayaan, juga kebohongan-kebohongan mereka yang bisa ditutupi dengan elegan.

Gabriela, aktris muda nan ambisius; Jasmine, model dari Rwanda dengan karir cemerlang; Javits, produser berpengaruh dan korup; Hamid, pengusaha fashion yang memulai dan sedang dalam masa kejayaan. Mereka adalah tokoh sekaligus korban dari kemunculan Igor.

Dengan gaya bahasa ringan, novel ini membuat saya larut akan kisah Igor, sang pemeran utama. Pesan-pesannya juga layak untuk disimak.

"Manusia tidak pernah puas. Kalau mereka punya sedikit, mereka ingin lebih. Kalau mereka punya lebih banyak, mereka berharap bisa lebih bahagia dengan sedikit barang, tapi tidak mampu berusaha berubah."

Dari buku ini, saya belajar bahwa membuat novel itu perlu research yg mendalam. Itu bisa dilihat dari cara Igor membunuh para korbannya. Santai, rumit, tidak disadari oleh si korban namun sadis.
Ini novel Paulo Coelho pertama yang saya baca,  kemudian menjadikan saya membeli buku-buku lainnya dari penulis yang satu ini.

Saya baru bisa merekomendasikan novel ini dari sekian banyak buku kakek Paulo Coelho sebagai salah satu buku yang wajib kalian baca. Tapi cerita dari beberapa kawan, buku-buku Paulo Coelho malah banyak mengispirasi hidup mereka. Jadi, tidak usah ragu untuk membelinya. :)