Kamis, 26 Desember 2013

Resensi Buku : Libri Di Luca



Judul : Libri di Luca
Penulis : Mikkel Birkegaard
Penerjemah : Fahmi Yamani
Penyunting : Moh. Sidik Nugraha
Penerbit : Serambi Ilmu Semesta
Cetakan : I, Nov 2009
Tebal : 588 hlm

Novel tentang perkumpulan rahasia para pecinta buku.

Libri Di Luca adalah sebuah toko buku tua yang berada di distrik Vestebro, Kopenhagen, Denmark. Luca Campelli ialah pemilik toko buku tersebut yang diwariskan dari ayahnya Arman. 

Namun, saat membaca sebuah buku dari balkon yang berada di lantai 2 tokonya, tiba-tiba tubuhnya berguncang sedemikian keras dan keringat mengalir deras dari seluruh pori-pori tubuhnya. Ia tidak dapat mengendalikan dirinya ketika membaca buku tersebut, kemudian tubuhnya terhempas ke lantai dasar, tanpa nyawa, menghantam lantai tiga meter dibawahnya. 

Ialah Jon Campelli seorang pengacara muda yang sedang naik daun, anak dari Luca Campelli yang menjadi ahli waris dari toko buku Libri di Luca. Banyak hal baru yg kemudian diketahui oleh Jon setelah menjadi pemilik Libri di Luca. Diantaranya penyerangan oleh sekelompok org yg ingin menghancurkan toko bukunya, kenyataan orang tuanya dibunuh,  tentang para LECTOR, organisasi bayangan dan pengaktifan dirinya menjadi seorang pemancar. 

Lector adalah sebutan bagi orang yang mempunyai kemampuan khusus mempengaruhi orang lain dengan membaca atau mendengarkan si pembaca baik disadari atau tidak. Pemancar adalah orang yg ketika membaca dg keras dapat mempengaruhi si pendengar sesuai dengan apa yg diinginkan si pemancar. Penerima yaitu orang yg bisa ‘mengakses’ apa yg dibaca oleh orang lain untuk diarahkan sesuai dengan keinginannya. Kekuatan tersebut bahkan bisa digunakan untuk membunuh. 

Bersama Katherina, seorang wanita (pengidap dyslexia) penjaga toko Libri di Luca yg ternyata seorang penerima, Jon mulai menyelidiki kasus pembunuhan ayahnya. Dalam penyelidikannya Jon dan Katherina menemui banyak kejutaan, ketegangan, asmara, pengkhianatan, hingga mereka masuk perangkap para penjahat yg ingin memanfaatkan kemampuan Jon sebagai pemancar yang sangat berbakat. 

Setting akhir cerita ini berada di Alexandria, Mesir. Alexandria didirikan oleh Alexander Agung dengan maksud menjadi pusat pendidikan dan pengetahuan di seluruh dunia. Untuk alasan itu, perpusatakaan paling terkenal di dunia dibangun di tempat ini - Bibliotheca Alexandrina. Saat itu diperkirakan perpustakaan memiliki 750 rb buku. Dengan pertempuran Jon dan organisasi bayangan sebagai penutup.

Bagi saya buku ini mirip dengan buku-buku karya Dan Brown. Kita disuguhkan dengan cerita yg dibangun perlahan hingga klimaks disampaikan di akhir cerita dengan berbagai kejutan-kejutan yang tersaji didalam cerita. Sayang penulis terlalu berlebihan menggambarkan kemampuan para lector, terutama Jon dan ketika pertempuran di akhir cerita. 

Secara keseluruhan buku ini sangat layak dibaca dan disimpan sebagai dikoleksi. Saya memberi rating untuk buku ini 4 dari nilai tertinggi 5.

Tidak ada komentar: