Rabu, 29 Januari 2014

Resensi Buku : Edensor


“Lereng-lereng yang tak teratur tampak seperti berjatuhan, puncaknya seakan berguling ditelan langitsebelah barat. Bentuknya laksana pita kuningdan merah tua. Pegunungan tinggi yang tak terbentuk itu lalu terurai menjadibukit-bukit hijau dan lembah-lembah nan luas. Di dasar lembah sungai berliku-liku di antara pepohonan. Rumah-rumah petani Edensor yang terbuat dari batu-batu yang kukuh dan berwarna kelabu bak pulau di tengah ladang yang diusahakan. Ladang itu terbentang seperti tanjung yang hijau cerah di atas lereng bukit. Di pekarangan, taman bunga mawar dan asparagus tumbuh menjadi pohon yang tinggi. Buah persik, buah pir, buah ceri, buah prem, bergelantungan di atas tembok selatan, berebuttempat dengan bunga-bunga mawar yang tumbuh liar ...“
 ~~

Edensor adalah buku ke-3 dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Buku ini menjadi buku pertama yang saya baca dari keempat buku tersebut. Jadi saya memang sengaja membaca tidak dari buku pertamanya. Memang tidak ada SOP bagi saya ketika akan membeli sebuah buku. Biasanya saya membaca sinopsis di balik buku, jika menarik saya akan membelinya. Desain sampul buku juga mempengaruhi ‘mood’ saya saat memilih buku, sampul buku yang menarik tentunya akan saya hampiri, lalu saya baca sinopsisnya. Kemudian kembali ke syarat awal tadi. Akhirnya, buku inilah yang menjadi ‘pemenang’ malam itu, berhasil membuat saya membelinya.

Secara umum novel ini banyak menceritakan tentang masa-masa SMA Ikal dan Arai, aktivitas setelah mereka lulus SMA, aktivitas saat mereka kuliah di Prancis dan pengalaman petualangan merekadi benua Eropa dan sebagian Afrika dalam pencariannya menemukan A Ling dan Edensor.

Diawal diceritakan tentang keberangkatan Ikal dan Arai ke Prancis untuk melanjutkan studi mereka. Dilanjutkan aktivitas kuliah Ikal dan Arai di Prancis. Kehidupan bangsa Eropa yang terkenal dinamis dan efisien telah menunjukan pada berbagai hal betapa rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan penuh semangat mereka siap untuk melanjutkan perjuangan menggapai mimpi, sebagaimana yang dikatakan Ikal, “Berkelana tidak hanya membawaku ke tempat-tempat yang spektakuler sehingga aku terpaku,  tak pula hanya memberiku tantangan ganas yang menghadapkanku pada keputusan hitam putih, sehingga aku memahami manusia seperti apa aku”.

Kemudian dilanjutkan dengan petualangan Ikal dan Arai dalam menaklukan Eropa-Afrika. Pencarian Ikal akan cinta masa kecilnya yaitu A Ling telah membawanya melintasi rute perjalanan yang panjang menaklukan Eropa-Afrika. Setelah Ikal dan Arai selesai menjelajahi Eropa sampai Afrika, Arai-pun jatuh sakit dan pulang ke Indonesia. Sedangkan Ikal melanjutkan kuliahnnya di Inggris karena guru yang membimbing Ikal pindah ke Inggris untuk pensiun. Dan akhirnya, Ikal melihat pemandangan yang sering dilihatnya didalam khayalannya sendiri, tetapi sekarang pemandangan itu nyata, dan pemandangan itu adalah Edensor.

Buku ini selesai saya baca kurang lebih jam 3 dini hari malam itu. Saya tidak tidur saking larutnya dalam kisah Ikal dan Arai dalam menggapai mimpi mereka. Ya, buku ini mengajarkan saya untuk bermimpi. Lebih dari itu, buku ini mengajarkan saya untuk berusaha mengejar mimpi dengan segala upaya yang dimiliki. Membuat saya bercita-cita menjelajahi banyak tempat, mencicipi ragam kuliner, bertemu banyak orang, berbagi, dan mencoba banyak hal baru.

Mimpi membuat hal yang tidak terlihat menjadi jelas. Mimpi membuat hal dianggap tidak mungkin menjadi terwujud. Mimpi jualah yang menjadikan Indonesia merdeka, terlepas dari penjajahan selama 3,5 abad. Bermimpilah, karena hanya dengan bermimpi hidup ini menjadi lebih menarik.
~~

"Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu", Arai.


Posted via Blogaway

Tidak ada komentar: