Rabu, 09 Desember 2015
Kambing & Hujan : Sebab Tidak Ada Biografi Tanpa Sebuah Roman
Dialog ini adalah salah satu bagian terkocak antara Is dan Moek, dua tokoh utama dalam novel yang saya genggam. Mereka adalah sahabat karib yang kemudian memiliki perbedaan pandangan dalam berislam. Peristiwa yang menjadi kunci untuk membuka peristiwa lainnya yaitu ketika adanya pembangkangan yang dilakukan oleh kelompok Is, untuk menolak ikut terlibat tayuban di kuburan (perayaan rutin pada tanggal 1 Syura). Kemudian disusul 'pembangkangan' lainnya yang dilakukan Is dan kelompoknya hingga terjadilah peristiwa paling bersejarah yaitu berdirinya mesjid baru di Centong yang kemudian disebut Mesjid Utara. Moek yang melanjutkan pendidikannya di pesantren tidak serta merta setuju dengan apa yang dilakukan, Is. Ia berpandangan bahwa Islam disebarkan secara turun temurun sehingga kita tidak bisa merubah segala hal yang sudah diajarkan oleh moyang kita sebelumnya. Begitulah perselisihan ini terjadi hingga mereka menjadi pemuka di mesjid dan sekolah yang mereka dirikan masing-masing hingga kemudian lahirlah Mif dan Fauzia, memberikan warna lain dari perselisihan mereka. Kambing & Hujan adalah novel romansa pemenang pertama Sayembara DKJ 2014. Tentu isinya kisah cinta, tidak seperti novel romansa lainnya, novel ini juga merekam jejak sejarah persetuan antara NU & Muhammadiyah di sebuah desa kecil bernama Centong. Saya kira itu yang menjadi menarik dari novel ini. Sejak awal membaca saya sudah dibikin penasaran oleh konflik yang dibangun penulis. Dan penulis pun sakses membuat saya mbrebes mili di bagian akhir cerita. Mungkin ini buku terbaik yang terbit di tahun 2015 yang saya baca.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar